“Libur telah tiba, libur telah tiba, hatiku gembira!” Mungkin
sepenggal lirik lagu milik Tasya itu tak lagi terdengar, karena tak terasa
waktu liburan kita telah habis. #apa hubungannya?J Apa lagi waktu liburan yang dialami
oleh siswa yang baru lulus dari sekolah, waktu liburan mereka terasa lebih
singkat. Lho kenapa? Karena ditengah euphoria kelulusan, mereka masih harus
berpikir, “kemana saya harus melanjutkan sekolah?”.walhasil, mereka disibukan
untuk mencari sekolah baru yang nantinya akan ditempati oleh mereka.
Itu semua dialami oleh saya sendiri. Saya sibuk mendaftarkan
diri saya ke SMAN 1 Karawang dan SMKN 1 Karawang, sekolah yang difavoritkan
oleh semua siswa di Karawang, khususnya siswa yang baru lulus dari SMP. Seminggu
sebelum libur pun saya sudah dijelali dengan berbagai macam persyaratan untuk
masuk di dua sekolah tersebut, mulai dari Surat Kelakuan Baik, Surat
Keterangan, Sertifikat kejuaraan Pramuka J, dan lain–lain. Itu semua masih
belum menggambarkan betapa sibuknya saya, saya masih harus menyiapkan diri saya
untuk tes masuk di dua sekolah tersebut, mulai dari tes akademik, psikologi,
wawancara, dan lain lain.
Saya mendaftarkar ke 2 sekolah tersebut agar saya bisa
mendapatkan cadangan 1 sekolah. Jika saya tidak diterima di SMAN 1 Karawang, saya
sangat yakin saya bisa masuk SMKN 1 Karawang J. Mengapa saya memilih 2 sekolah ini?
Karena sekolah ini menerapkan standar tinggi. Kedua sekolah ini mengadakan tes
yang ketat, tidak semua siswa bisa masuk ke sekolah ini #serem amat.
Sebenarnya, hal yang saya lakukan ini tidak dibenarkan oleh sekolah, karena ada
berbagai macam hal, diantaranya adalah waktu pelaksanaan tes yang sama. Di
sekolah saya pun, hanya saya yang mendaftar ke 2 sekolah sekaligus. Itu pun
tanpa sepengetahuan dari guru guru di sekolah saya.
Itu semua mulai terasa ketika tiba waktunya. Betapa kagetnya
saya ketika mengetahui ada satu tes yang jadwalnya sama. Jam 7 pagi saya harus tes
terakhir, yaitu tes psikologi di SMAN, jam 1 siang saya harus berada di SMKN
untuk tes pertama kalinya, yaitu tes akademik. Alhasil saya harus berkata sejujurnya
kepada pengawas tes di SMKN. Walaupun di”bumbui” dengan sedikit kebohongan.
“Maaf pak, seharusnya saya tes pagi tadi, tetapi ada urusan yang sangat penting.”
Saya pun tidak berani berkata kalau tadi pagi saya ada tes di SMAN J.
Selain itu, masih ada satu hal lagi, yaitu biaya
administrasi. Bayangkan saja, untuk mendaftar di SMKN 1 Karawang harus merogoh
kocek senilai Rp 200,000. Belum lagi di SMAN 1, saya harus mengeluarkan uang Rp
250,000. Saya bukan orang kaya, tapi saya hanya beruntung memiliki orang tua
yang peduli dengan masa depan saya.
Dan itu semua tidak berakhir dengan kekecewaan, karena saya
diterima di dua sekolah tersebut. Di SMAN 1 Karawang, saya mendapat nilai
tertinggi ke 13. Yang lebih menyenangkan lagi, saya mendapat nilai tertinggi
pada saat tes di SMKN 1 Karawang. Dan seiring berjalannya waktu, para guru di
sekolah saya pun menyadari apa yang saya lakukan. Ada yang kaget, ada yang
senang, ada juga yang sinis terhadap saya. Namun itu semua larut dalam
kebahagiaan yang saya alami.
Mungkin hanya itu yang bisa saya ceritakan. Mudah mudahan
pengalaman saya menjadi pembelajaran bagi saya sendiri khususnya, dan membacanya
pada umumnya. Karena pengalaman adalah guru yang paling baik.
See you next time!
Haha, sama seperti saya. :D Tapi itu salah satu pengalaman unik saya. :D
BalasHapus